GEOLOGI KELAUTAN
Di
dalam sedimen umumnya turut terendapkan sisa-sisa organisme atau tumbuhan, yang
karena tertimbun,terawetkan. Dan selama proses Diagenesis tidak rusak dan turut
menjadi bagian dari batuan sedimen atau membentuk lapisan batuan sedimen.
Sisa-sia organisme atau tumbuhan yang terawetkan ini dinamakan fossil. Jadi
fosill adalah bukti atau sisa-sisa kehidupan zaman lampau. Dapat berupa sisa
organisme atau tumbuhan, seperti cangkang kerang, tulang atau gigi maupun jejak
ataupun cetakan. Dari studi lingkungan pengendapan dapat digambarkan atau
direkontruksi geografi purba dimana pengendapan terjadi.
Lingkungan
pengendapan merupakan keseluruhan dari kondisi fisik, kimia dan biologi pada
tempat dimana material sedimen terakumulasi. (Krumbein dan Sloss, 1963). Jadi,
lingkungan pengendapan merupakan suatu lingkungan tempat terkumpulnya material
sedimen yang dipengaruhi oleh aspek fisik, kimia dan biologi yang dapat
mempengaruhi karakteristik sedimen yang dihasilkannya.
Secara
umum dikenal 3 lingkungan pengendapan yaitu lingkungan darat, transisi, dan
laut. Beberapa contoh lingkungan darat misalnya endapan sungai dan endapan
danau, ditransport oleh air, juga dikenal dengan endapan gurun dan glestser
yang diendapkan oleh angin yang dinamakan eolian. Endapan transisi merupakan
endapan yang terdapat di daerah antara darat dan laut seperti delta,lagoon, dan
litorial. Sedangkan yang termasuk endapan laut adalah endapan-endapan neritik,
batial, dan abisal.
Di dalam sedimen umumnya turut
terendapkan sisa-sisa organisme atau tumbuhan, yang karena
tertimbun,terawetkan. Dan selama proses Diagenesis tidak rusak dan turut
menjadi bagian dari batuan sedimen atau membentuk lapisan batuan sedimen.
Sisa-sia organisme atau tumbuhan yang terawetkan ini dinamakan fossil. Jadi
fosill adalah bukti atau sisa-sisa kehidupan zaman lampau. Dapat berupa sisa
organisme atau tumbuhan, seperti cangkang kerang, tulang atau gigi maupun jejak
ataupun cetakan. Dari studi lingkungan pengendapan dapat digambarkan atau
direkontruksi geografi purba dimana pengendapan terjadi.
BAB II PEMBAHASAN
A. Lingkungan Pengendapan
Lingkungan pengendapan adalah tempat
mengendapnya material sedimen beserta kondisi fisik, kimia, dan biologi yang
mencirikan terjadinya mekanisme pengendapan tertentu (Gould, 1972).
Interpretasi lingkungan pengendapan dapat ditentukan dari struktur sedimen yang
terbentuk. Struktur sedimen tersebut digunakan secara meluas dalam memecahkan
beberapa macam masalah geologi, karena struktur ini terbentuk pada tempat dan
waktu pengendapan, sehingga struktur ini merupakan kriteria yang sangat berguna
untuk interpretasi lingkungan pengendapan. Terjadinya struktur-struktur sedimen
tersebut disebabkan oleh mekanisme pengendapan dan kondisi serta lingkungan
pengendapan tertentu.
Lingkungan
pengendapan adalah bagian dari permukaan bumi dimana proses fisik, kimia dan
biologi berbeda dengan daerah yang berbatasan dengannya (Selley, 1988).
Sedangkan menurut Boggs (1995) lingkungan pengendapan adalah karakteristik dari
suatu tatanan geomorfik dimana proses fisik, kimia dan biologi berlangsung yang
menghasilkan suatu jenis endapan sedimen tertentu. Nichols (1999) menambahkan
yang dimaksud dengan proses tersebut adalah proses yang berlangsung selama
proses pembentukan, transportasi dan pengendapan sedimen. Perbedaan fisik dapat
berupa elemen statis ataupun dinamis. Elemen statis antara lain geometri
cekungan, material endapan, kedalaman air dan suhu, sedangkan elemen dinamis
adalah energi, kecepatan dan arah pengendapan serta variasi angin, ombak dan
air. Termasuk dalam perbedaan kimia adalah komposisi dari cairan pembawa
sedimen, geokimia dari batuan asal di daerah tangkapan air (oksidasi dan
reduksi (Eh), keasaman (Ph), salinitas, kandungan karbon dioksida dan oksigen
dari air, presipitasi dan solusi mineral). Sedangkan perbedaan biologi tentu
saja perbedaan pada fauna dan flora di tempat sedimen diendapkan maupun daerah
sepanjang perjalanannya sebelum diendapkan.
Parameter dari suatu lingkungan
pengendapan antara lain:
1. Parameter fisik
· Elemen fisik statis meliputi
geometri cekungan(Basin); material yang diendapkan seperti kerakal
silisiklastik, pasir, dan lumpur; kedalaman air; suhu; dan kelembapan.
· Elemen fisik dinamik adalah faktor
seperti energy dan arah aliran dari angin, air dan es; air hujan; dan hujan
salju.
2. Parameter kimia termasuk salinitas,
pH, Eh, dan karbondioksida dan oksigen yang merupakan bagian dari air yang
terdapat pada lingkungan pengendapan.
3.
Parameter biologi dari lingkungan pengendapan dapat
dipertimbangkan untuk meliputi kedua-duanya dari aktifitas organism, seperti
pertumbuhan tanaman, penggalian, pengeboran, sedimen hasil pencernaan, dan
pengambilan dari silica dan kalsium karbonat yang berbentuk material rangka.
Dan kehadiran dari sisa organism disebut sebagai material pengendapan.
Klasifikasi Lingkungan Pengendapan terdapat tiga pembagian lingkungan pengendapan utama (Selley, 1988) , yaitu :
1. Lingkungan Darat (Continental)
2. Lingkungan Transisi
(Transition)
3. Lingkungan Laut (Marine)
Tabel 1. Penyederhanaan
Klasifikasi Lingkungan Pengendapan (Boggs, 1955)
Tempat Pengendapan Utama
|
Lingkungan Utama
|
Sub-Lingkungan
|
Darat
|
*Fluvial
*Gurun
Lacustrine
*Glasial
|
*Kipas Aluvial
*Braided Stream
*Meandering Stream
|
Transisi
|
*Deltaic
*Beach / Barrier Bar
*Estuarine / Lagoonal
Tidal Flat
|
*Delta Plain
*Delta Front
*Prodelta
|
Laut
|
Neritik
Oceanic
|
Paparan
**Organic Reef
Slope
Deep Ocean Floor
|
*Dominan Pengendapan Siliklastik
** Dominan Pengendapan Karbonat
B. Delta
Delta adalah
sebuah lingkungan transisional yang dicirikan oleh adanya material sedimen
yang tertransport lewat aliran sungai (channel), kemudian terendapkan pada
kondisi di bawah air (subaqueous), pada tubuh air tenang yang diisi oleh
aliran sungai tersebut, sebagian lagi berada di darat/subaerial (Friedman & Sanders,
1978, vide Serra, 1985). Delta terbentuk di hampir semua benua di
dunia kecuali di Antarika dan Greenland, yang daerahnya tertutup salju),
dimana terdapat pola penyaluran sungai dengan dimensi yang luas dan jumlah
material sedimen yang besar (Boggs, 1987). Pada umumnya, delta akan
terbentuk apabila material sedimen dari daratan yang terangkut lewat
sungai dalam jumlah yang besar masuk ke dalam suatu tubuh air yang tenang
(standing body water). Sebagian material yang terendapkan di muara sungai
tersebut terendapkan pada kondisi subaerial (Barrel, 1912 vide Walker
1984). Proses pengendapan pada delta menghasilkan pola progradasi
yang menyebabkan majunya garis pantai. Litologi yang dihasilkan umumnya
mempunyai struktur gradasi normal pada fasies yang berasosiasi dengan
lingkungan laut (marine facies). Dalam pembentukan delta, material sedimen
yang dibawa oleh sungai merupakan faktor pengontrol utama.
Pembentukan
delta dikontrol oleh interaksi yang rumit antara berbagai faktor yang
berasal/bersifat fluviatil, proses di laut dan kondisi lingkungan
pengendapan. Faktor-faktor tersebut meliputi iklim, pelepasan air, muatan
sedimen, proses yang terjadi di mulut sungai, gelombang (wave), pasang
surut (tide), arus, angin, luas shelf, dan lereng (slope), tektonik, dan
geometri cekungan penerima (receiving basin) akan mengontrol distribusi,
orientasi, dan geometri internal endapan delta (Wright et al., 1974, vide
Walker, 1984).
Hanya
beberapa proses saja yang tergolong sangat penting dalam
mengontrol geometri, proses internal yang bersifat progradasi pada delta
(progradational framework) serta kecenderungan arah penyebaran (trend)
delta, yaitu : pasokan sedimen, tingkat energi gelombang, dan tingkat
energi pasang surut (Galloway, 1975; Galloway & Hobday, 1983 vide
Boggs, 1987). Ketiga faktor inilah yang nantinya akan sangat berperan
dalam penggolongan delta ke dalam tiga tipe dasar delta yang sangat
fundamental yaitu (Boggs, 1987) :
1.
Fluvial-dominated
Terjadi ketika
delta tersebut didominasi oleh sistem sungai yang proses pasang surut atau
gelombangnya sedikit sehingga proses pengendapan lebih intens dan sedimen terus tersuplai. Membuat delta ini berbentuk
seperti kaki burung (bird’s foot delta).
Endapanyang terjadi adalah lempung, lanau, pasir. Model stratigrafi yang
terdapat pada delta model ini adalah coarsening upward sequence.
2.
Tide-dominated
Proses
pengendapan delta yang didominasi oleh pasang surut. Biasa terjadi pada suatu
daerah pasang surut yang cukup luas atau kecepatan pasang surut yang tinggi.
Dengan kondisi seperti itu maka suplai sedimen lebih didukung oleh pasang surut
yang kuat dan kecenderungan membentuk delta menjadi kecil. Fitur lain yang
dihasilkan adalah bahwa ia memiliki banyak struktur linier sejajar dengan arus
pasang surut dan tegak lurus ke lepas pantai. Model stratigrafinya juga sama
yaitu coarsening upward sequence yang tersusun atas interbedded sand,
lempung, lanau, pasir halus, pasir kasar.
3.
Wave-dominated.
Proses
pengendapan pada delta ini masih terjadi namun gelombang memiliki dominansi
untuk mengerosi tepi luar struktur delta sehingga memudahkan untuk memberikan
gambaran tentang delta itu sendiri. Bentuk delta tipe ini adalah Arcuate dan
endapannya kebanyakan pasir. Contoh tipe ini adalah Delta Sungai Nil. Model
stratigrafi tipe ini juga menunjukkan coarsening upward sequence tapi
mungkin bedanya pada sekuen-sekuennya, kalo yang sebelumnya ada yang mengalami
coarsening pada sekuen tebal dan kecil/tipis akan tetapi pada tipe ini hampir
di seluruhnya.
Adanya dominasi diantara salah satu
faktor pengontrol tersebut akan mempengaruhi geometri delta yang
terbentuk. Menurut Curray (1969) delta memiliki beberapa bentuk yang umum,
yaitu :
1.
Birdfoot : Bentuk delta yang
menyerupai kaki burung
2.
Lobate : Bentuk delta seperti cuping
3.
Cuspate : Bentuk delta yang
menyerupai huruf (v)
4.
Arcuate : Bentuk delta yang
membundar
5.
Estuarine : Bentuk delta tidak dapat
berkembang dengan sempurna
Gambar 1. Klasifikasi Delta menurut
Galloway (1975) Vide Serra (1985)
Klasifikasi
Delta yang sering digunakan adalah klasifikasi menurut Galloway (1975) dan
klasifikasi menurut Fisher (1969). Pada Makalah ini menggunakan klasifikasi
Galloway (1975) yang menampilkan beberapa contoh delta di dunia yang mewakili
tipikal proses yang relatif dominan bekerja membentuk setiap tipikal delta,
sebagai contoh fluvial dominated delta akan membentuk delta yang berbentuk elongate
contohnya adalah Delta Missisipi, kemudian tide dominated delta akan membentuk
delta yang berbentuk estuarine contohnya Delta Gangga- Brahmaputra, selanjutnya
wave dominated delta akan menghasilkan delta yang berbentuk cuspate
contohnya Delta San Fransisco. Namun, pada dasarnya setiap delta yang
terdapat di dunia tidaklah murni dihasilkan oleh dominasi salah
satu faktor pengontrol di atas, namun lebih merupakan hasil interaksi
antara dua atau bahkan tiga faktor pengontrol, sebagai contoh Delta Mahakam
dan Delta Ebro yang berbentuk lobate yang dihasilkan utamanya dari proses
fluvial dan tidal dengan sedikit pengaruh gelombang (wave).
Sublingkungan Pengendapan Delta, Secara garis besar delta di bagi
menjadi beberapa sublingkungan antara lain :
1.
Delta Plain
Merupakan bagian delta yang berada pada bagian low land
yang tersusun atas active channel dan abandoned channel .yang dipisahkan
oleh lingkungan perairan dangkal dan merupakan permukaan yang muncul atau
hampir muncul. Delta Plain dicirikan oleh suatu distributaries dan
interdistributaries area. Proses sedimentasi utama di delta plain adalah
arus sungai, walaupun arus tidal juga muncul. Pada daerah dengan iklim
lembab, Delta plain mungkin mengandung komponen organik penting (gambut
yang kemudian menjadi batubara). Gambut merupakan kemenerusan dari
paleosol ke arah downdip (terletak pada bidang kronostratigrafi yang sama)
yang mewakili suatu periode panjang terbatasnya influks sedimen klastik. Kemudian
Delta Plain Di bagi lagi menjadi 2 yaitu :
·
Upper Delta Plain Merupakan bagian
delta yang berada di atas area pengaruh pasang surut (tidal) dan laut yang
signifikan (pengaruh laut sangat kecil).
·
Lower Delta Plain Sublingkungan ini
terletak pada interaksi antara sungai dan laut yang terbentang mulai dari
batas surutnya muka air laut yang paling rendah hingga batas maksimal air
laut pada saat pasang.
Gambar 2. Bagian-bagian sand deposit
pada sistem Delta (Coleman & Prior, 1982)
2.
Delta Front
Delta front merupakan sublingkungan dengan energi
tinggi, dimana sedimen secara konstan dirombak oleh arus pasang surut
(tidal), arus laut sepanjang pantai (marine longshore current) dan aksi
gelombang (kedalaman 10 meter atau kurang). Endapan pada delta front
meliputi sheet sand delta front, distributary mouth bar, endapan
river-mouth tidal, near shore, longshore, dan endapan stream mouth bar.
Delta front terdiri dari zona pantai dangkal yang berbatasan dengan delta plain
Delta front ditunjukkan oleh suatu sikuen yang coarsening upward berskala besar yang merekam perubahan fasies vertikal ke arah atas dari sedimen offshore berukuran halus atau fasies prodelta ke fasies shoreline yang biasanya didominasi batupasir. Sikuen ini dihasilkan oleh progradasi delta front dan mungkin terpotong oleh sikuen fluvial distibutary channel atau tidal distributary channel saat progradasi berlanjut (Serra, 1985).
Delta front ditunjukkan oleh suatu sikuen yang coarsening upward berskala besar yang merekam perubahan fasies vertikal ke arah atas dari sedimen offshore berukuran halus atau fasies prodelta ke fasies shoreline yang biasanya didominasi batupasir. Sikuen ini dihasilkan oleh progradasi delta front dan mungkin terpotong oleh sikuen fluvial distibutary channel atau tidal distributary channel saat progradasi berlanjut (Serra, 1985).
3.
Pro Delta
Prodelta merupakan lingkungan transisi antara delta
front dan endapan marine shelf. Merupakan bagian dari delta di bawah
kedalaman efektif erosi gelombang, terletak di luar delta front dan
menurun ke lantai cekungan sehingga tidak ada pengaruh gelombang dan
pasang surut dimana terjadi akumulasi mud, umumnya dengan sedikit
bioturbasi . Sedimen yang ditemukan pada bagian delta ini tersusun oleh
material sedimen berukuran paling halus yang terendapkan dari suspensi.
Struktur sedimen masif, laminasi, dan burrowing structure. Seringkali dijumpai cangkang organisme bentonik yang tersebar luas, mengindikasikan tidak adanya pengaruh fluvial (Davis, 1983). Endapan prodelta terdiri dari marine dan lacustrine mud yang terakumulasi dilandas laut (seaward). Endapan ini berada di bawah efek gelombang, pasang surut dan arus sungai.
Struktur sedimen masif, laminasi, dan burrowing structure. Seringkali dijumpai cangkang organisme bentonik yang tersebar luas, mengindikasikan tidak adanya pengaruh fluvial (Davis, 1983). Endapan prodelta terdiri dari marine dan lacustrine mud yang terakumulasi dilandas laut (seaward). Endapan ini berada di bawah efek gelombang, pasang surut dan arus sungai.